Pengasuhan bersama pasca cerai bertujuan untuk memastikan kepentingan anak tetap terjamin, walaupun kedua orang tua tidak lagi hidup bersama. Dalam pengasuhan bersama, kedua orang tua tetap terlibat aktif dalam pengasuhan anak demi kepentingan terbaik anak. Simak artikel di bawah ini untuk mempelajari lebih lanjut terkait pentingnya pengasuhan bersama serta kebijakan pengasuhan bersama di Indonesia. 

Baca juga: Istri Gugat Cerai, Hak Asuh Anak Jatuh ke Siapa?

Memahami konsep pengasuhan bersama

Memahami konsep pengasuhan bersama
Konsep pengasuhan bersama (Sumber: Shutterstock)

Pengasuhan bersama adalah kerja sama antar kedua belah pihak orang tua pasca berakhirnya sebuah ikatan pernikahan, menurut Andi Priyatna, dalam bukunya yang berjudul Focus on Children. Pengasuhan bersama tidak hanya berfokus pada hubungan dalam pernikahan, tetapi pada bagaimana dua atau lebih figur orang tua berelasi satu sama lain seperti mereka bekerja bersama dalam membesarkan anak.

Dalam pengasuhan bersama, kedua orang tua berbagi tanggung jawab secara proporsional dalam membesarkan anak, termasuk pada pengambilan keputusan penting terkait kehidupan anak. Meskipun salah satu orang tua mungkin memiliki hak asuh utama, orang tua lainnya tetap memainkan peran signifikan dalam kehidupan anak.

Baca juga: Tanggung Jawab dan Kewajiban Suami Setelah Cerai

Mengapa pengasuhan bersama penting?

Manfaat pengasuhan bersama untuk anak
Manfaat pengasuhan bersama untuk anak (Sumber: Shutterstock)

Pengasuhan bersama penting karena memberikan dampak positif untuk anak, orang tua, dan keluarga secara keseluruhan. Dengan terlibatnya kedua orang tua secara aktif dalam pengasuhan anak, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal anak, baik dari aspek emosional, sosial, maupun intelektual. Pengasuhan bersama juga penting guna menguatkan ikatan keluarga dan menciptakan komunikasi yang baik antara kedua orang tua dan anak. 

Baca juga: Kewajiban Istri Setelah Cerai

Manfaat pengasuhan bersama untuk anak

Pengasuhan bersama yang berjalan baik sangat bermanfaat untuk anak. Anak akan lebih mudah beradaptasi. Dari pengasuhan bersama, anak akan memandang perceraian orang tua bukanlah suatu hal yang tragis dan menyebabkan banyak perubahan pada hidupnya. Anak juga akan belajar tentang resolusi konflik.

Dengan berjalannya pengasuhan bersama, anak akan melihat langsung bahwa meskipun kedua orang tuanya tidak bisa lagi hidup bersama, orang tuanya tetap bisa saling menghargai dan bekerja sama. Selain itu, anak akan merasa tidak terabaikan. Anak tidak merasa ditinggalkan oleh salah satu orang tua setelah terjadinya perceraian. 

Baca juga: Apakah Hak Perwalian dan Hak Asuh Berbeda? Berikut Penjelasannya

Manfaat pengasuhan bersama untuk orang tua

Selain bermanfaat untuk anak, pengasuhan bersama juga bermanfaat untuk orang tua. Pengasuhan bersama yang baik bermanfaat untuk mengurangi stress kedua orang tua dalam mengasuh anak, memungkinkan kedua orang tua untuk berbagi tanggung jawab yang sama rata dalam membesarkan anak, dan memberikan dukungan emosional bagi satu sama lain. Dengan pengasuhan bersama, orang tua dapat belajar bekerja sama yang baik dengan mantan pasangan demi kepentingan anak.

Baca juga: Perwalian Anak Menurut Hukum Indonesia

Tantangan dalam menerapkan pengasuhan bersama

Prinsip utama dalam pelaksanaan pengasuhan bersama adalah mendahulukan kebutuhan emosional serta fisik anak ketimbang perasaan pribadi. Penerapan pengasuhan bersama pasca perceraian bukanlah hal yang mudah, terdapat beberapa tantangan yang sering terjadi dalam penerapannya. Berikut beberapa tantangan utama dalam penerapan pengasuhan bersama:

  1. Komunikasi yang kurang efektif antara kedua orang tua

Perceraian antara kedua orang tua seringkali meninggalkan konflik emosional yang dapat menghambat komunikasi. Ketegangan antara kedua orang tua ini bisa berlanjut selama penerapan pengasuhan bersama yang berdampak pada kesalahpahaman dan ketidaksepakatan dalam pengambilan keputusan terkait anak. Solusi dari permasalahan ini adalah menerapkan komunikasi yang berfokus pada kebutuhan anak, bukan pada masalah pribadi.

  1. Konflik jadwal

Pembagian waktu antara kedua orang tua sering kali menjadi tantangan, terutama jika kedua orang tua memiliki pekerjaan dengan jadwal yang padat atau tinggal berjauhan. Hal ini dapat berdampak pada ketidakkonsistenan orang tua terlibat dalam aktivitas anak. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan membuat jadwal yang jelas dan realistis.

  1. Masalah finansial

Perbedaan pandangan terkait pembagian biaya pengasuhan sering kali menjadi masalah dalam penerapan pengasuhan bersama. Hal ini berdampak pada perselisihan kedua orang tua terkait kontribusi masing-masing pihak. Solusi dari masalah ini adalah dengan menetapkan pembagian biaya secara jelas dalam perjanjian tertulis atau meminta pengadilan untuk menentukan besaran kontribusi saat sidang perceraian berlangsung.

Baca juga: Ingin Adopsi Anak? Simak Syarat, Cara, dan Biayanya!

Kebijakan pengasuhan bersama di Indonesia 

Kebijakan pengasuhan bersama pasca cerai di Indonesia diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang berbunyi:

Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.”

Dalam hal terjadi pemisahan, anak tetap berhak:

  1. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua orang tuanya;
  2. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
  3. memperoleh pembiayaan hidup dari kedua orang tuanya; dan
  4. memperoleh hak anak lainnya.

Selain itu, Undang-Undang 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga mengatur terkait salah satu kewajiban orang tua pasca cerai. Pasal 41 ayat (a) Undang-Undang 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berbunyi:

Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya.”

Dengan demikian, dasar hukum pengasuhan bersama pasca perceraian menegaskan bahwa kedua orang tua tetap memiliki peran dan tanggung jawab dalam memelihara serta mendidik anak-anak mereka, dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak.

Baca juga: Perbedaan Hak Waris antara Anak Kandung dan Anak Angkat dalam Hukum Indonesia

Perqara telah melayani lebih dari 27.700 konsultasi hukum

Untuk permasalahan hukum terkait Perkawinan dan Perceraian, Perqara telah menangani lebih dari 5.500 kasus. Ada ratusan mitra Advokat Perqara dengan keahlian khusus di masing-masing bidangnya seperti ketenagakerjaan, perkawinan dan perceraian, pertanahan, dan masih banyak lagi. Sehingga, klien dapat konsultasi tentang masalah hukum lainnya sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami.

Konsultasi hukum gratis di Perqara

Apabila Sobat Perqara memiliki permasalahan hukum terkait permasalahan pengasuhan bersama pasca cerai, Sobat dapat mengobrol langsung dengan advokat profesional secara gratis hanya di Perqara. Download aplikasi Perqara sekarang dan dapatkan konsultasi hukum gratis untuk mendapatkan solusi hukum tepat kapan pun dan di mana pun.

Baca juga: Status Anak dalam Perkawinan Campuran: Hak, Kewarganegaraan, dan Aturan Hukum

(Artikel ini telah disunting oleh Tim Redaksi Perqara)

Dasar hukum

  1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
  2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Referensi

  1. A. Fahrezi. “Pola Asuh Co-Parenting dan Penyesuaian Diri pada Remaja dengan Orang Tua Bercerai (Broken Home)”. Wacana: Jurnal Psikologi, Vol. 11 No. 2 (2019). Hlm. 196 – 212.